Mengenal Biodiesel, yang Viral sebagai Renewable Energy Indonesia
Gambar 1. Ilustrasi Biodiesel
Sumber: pxhere.com / Robert Couse-Baker
Saat
ini, dunia sedang gencar-gencarnya mencari alternatif penggunaan bahan bakar
fosil. Bagaimana tidak, hampir semua lini kehidupan membutuhkan bahan bakar.
Jadi, mustahil jika kita menghapuskan penggunaan bahan bakar sepenuhnya.
Akan
tetapi, penggunaan bahan bakar tersebut telah menghasilkan isu global
warming atau pemanasan global. Karena produk dari proses pembakaran ialah
gas rumah kaca (GRK), yang berpengaruh langsung terhadap peristiwa tersebut.
Salah
satu yang terkenal dan sudah sering diterapkan saat ini sebagai green energy
ialah Biodiesel. Seringkali kita lihat di pom bensin, tertera tulisan
seperti “Biosolar”, “B30”, dan lain sejenisnya.
Nah
kira-kira, walau sudah sering kenal dengan istilahnya, apakah kamu tahu apa
sebenarnya biodiesel itu dan gimana pembuatannya?
Kelihatannya rumit, namun sebenarnya biodiesel itu sangatlah sederhana, mulai dari definisinya hingga proses pembuatannya. Hanya saja, terlihat rumit karena proses produksinya dilakukan dengan skala besar.
Biodiesel Adalah
Bahan
bakar mesin diesel, biodiesel berasal dari bahan berbasis lemak, seperti minyak
sayur (kelapa sawit) hingga lemak hewan. Bahan bakar ini digunakan karena
memiliki karakteristik yang sangat mirip dengan solar dari fosil. [1].
Melihat
dari definisinya sendiri, jadi bahan apapun yang berbasis dan mengandung lemak
sesungguhnya berpotensi menjadi bahan baku pembuatan biodiesel.
Kemiripan
karakteristik pun membuat biodiesel ini bisa dicampur dengan bahan bakar fosil.
Pencampuran ini seringkali terjadi, karena alasan cost.
Selain
itu, beberapa spesifikasi mesin masih belum kompatibel dengan penggunaan full biodiesel.
Sehingga untuk penggunaan B100 perlu dilakukan modifikasi pada mesin agar
sesuai.
Akan
tetapi menurut US Department of Energy, beberapa mesin produksi sejak 1994
telah memanfaatkan parts yang kompatibel dengan B100 [4].
Mengapa Biodiesel?
Biodiesel
merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan karena nyaris 0 sulfur
dan aromatiks. Selain itu, ia juga mengandung 10% oksigen “bawaan” yang bantu
pembakaran jadi lebih sempurna [1].
Biodiesel
sangat mudah terurai (biodegradable), 4 kali lebih cepat daripada diesel
fosil dan bahkan non-toxic [1]. Karena pada dasarnya, ia berasal dari
“tanaman”. Yaa, seperti yang kita tau bahwa ketika tanaman mati akan dengan
mudah terurai oleh alam.
Nggak
seperti bensin yang begitu mudah kesamber api dan menyala, biodiesel memiliki flash
point yang tinggi [1].
Aromanya
harum khas minyak sayur, malahan membuat betah dan tidak mengganggu jika kita
tidak sengaja terhirup.
B20, B30, B50, B100, Maksudnya Apa Sih?
Sering
melihat kode tersebut di pom bensin? Yaa, ini bukan sembarang kode lohh. Huruf
B dan angkanya itu ternyata memiliki artinya.
Huruf
“B” merujuk ke biodiesel itu sendiri. Sedangkan, angka setelahnya merujuk ke
kandungan biodiesel dalam campuran bahan bakar.
Misalnya,
kita ambil B20. Artinya, sebanyak 20% kandungan solar tersebut ialah biodiesel.
Sedangkan, 80% sisanya ialah kandungan solar konvensional dari fosil.
B100
artinya bahwa bahan bakar tersebut sepenuhnya 100% mengandung biodiesel tanpa
kehadiran solar fosil sama sekali.
Di
Indonesia saat ini, telah diterapkan mandatori B30 sejak 1 Januari 2020 yang
telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Desember 2019 lalu [2].
Seperti
yang sudah ditulis tadi, asam lemak dalam bentuk trigliserida ialah bahan
paling utama dalam proses pembuatan biodiesel. Selain asam lemak, senyawa
alkohol (paling umum digunakan yaitu metanol CH3OH) adalah bahan
pereaksinya.
Katalis
reaksi yang digunakan ialah basa kuat. Pada umumnya, menggunakan natrium
hidroksida (NaOH).
Reaksi
yang berlangsung disebut dengan trans-esterifikasi, yang berlangsung selama
empat tahap.
Ibarat
kalau membuat pempek, asam lemak ialah tepung sagunya, metanol ialah daging
ikan gilingnya. Sedangkan NaOH ialah air pengencernya.
Tahap
pertama, alkohol akan bereaksi terlebih dahulu dengan katalis. Ion OH-
akan “menculik” H+ dari metanol membentuk H2O atau air. CH3OH
akan menjadi “jomlo” dalam bentuk CH3O-.
Dalam
bentuk jomblo inilah, metanol akan dengan mudah menarik gugus ester dari
trigliserida dan membentuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang tak lain
ialah komponen utama dari biodiesel.
Oh iya
proses produksi biodiesel ini menghasilkan produk samping berupa sabun, sebagai
konsekuensi penggunaan basa kuat sebagai katalis. Basa kuat juga bisa bereaksi
dengan trigliserida melalui reaksi saponifikasi.
Produk samping
lainnya yaitu gliserin, yang sering dimanfaatkan untuk bahan dalam produk
kecantikan dan pelembap.
Walau nampaknya
tidak diinginkan, sabun yang terbentuk tentu juga harus tetap dimanfaatkan karena
bernilai ekonomis.
REFERENSI
[1]
Bhatia, S.C. (2014). Advanced Renewable Energy Systems. India: Woodhead
Publishing.
[2]
Kemenkominfo RI. (2019). Pertama di Dunia, Indonesia Terapkan Biodiesel 30
Persen (B30), diakses pada 20 Mei 2024, dari https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/23437/pertama-di-dunia-indonesia-terapkan-biodiesel-30-persen-b30/0/artikel_gpr.
[3]
Clifford, C.B. (n.a). The Reaction of Biodiesel: Transesterification, diakses
pada 20 Mei 2024, dari https://www.e-education.psu.edu/egee439/node/684.
[4] US
Department of Energy. (n.a). Biodiesel Blends, diakses pada 20 Mei 2024, dari https://afdc.energy.gov/fuels/biodiesel-blends.
Komentar
Posting Komentar