Aktif Berkendara Saat Musim Hujan? Hati-Hati dengan Aquaplaning!
Gambar 1. Ilustrasi berkendara saat hujan Sumber: Wallpaper Flare |
Setiap
menjelang akhir tahun, Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki dua musim
akan memasuki musim hujan. Menurut BMKG, Musim Hujan 2023/2024 di ndonesia
diperkirakan telah dimulai dari Oktober hingga Desember tahun 2023 [1].
Yaa, kayak
Namanya, musim hujan ditandai dengan meningkatnya intensitas hujan. Sehingga
bila telah memasuki musim hujan, hujan akan lebih sering mengguyur daerah itu.
Bagi sebagian
besar orang, walau sering diguyur hujan aktivitas rutin harus tetap berjalan
seperti biasa dong. Terutama bagi anak sekolahan, kuliah, pekerja, ataupun
pedagang dan wirausahawan yang aktif menggunakan kendaraan untuk menjalankan
kegiatannya.
Nah
ngomong-ngomong tentang berkendara, tentunya sudah harusnya kita lebih
berhati-hati saat musim hujan ini. Terutama saat hujan turun ataupun
pasca-turunnya hujan. Dimana jalanan biasanya akan lebih basah dan becek akibat
air hujan.
Jalanan yang basah
itulah dapat meningkatkan risiko terjadinya aquaplaning!
Apa itu Aquaplaning?
Gambar 2. Semakin tinggi kecepatan, semakin berkurang kontak antara ban dengan permukaan jalanan karena terhalang permukaan air. Sumber: Shutterstock |
Sebenarnya aquaplaning
adalah fenomena luas yang terjadi pada bidang ilmu mekanika fluida. Tetapi
di artikel ini, kita hanya akan membahasnya secara mendasar dan fenomenanya
yang terjadi khususnya saat kita berkendara dengan kondisi jalan yang basah dan
licin. Dan kita akan bahas dengan analogi yang sederhana dan bisa dipahami
siapa saja!
Aquaplaning adalah suatu keadaan ketika ban tidak mampu untuk “mengusir” air secara
sempurna dari jalan dikarenakan kecepatan kendaraan yang berlebih [2].
Fluida
penyebab aquaplaning tidak terbatas hanya pada air saja. Melainkan pada
benda-benda lain yang dapat menghalangi kontak antara ban dan permukaan tanah,
seperti salju, minyak, lumpur, dan sebagainya.
Selain itu,
semua kendaraan dan bahkan manusia sendiri berpotensi mengalami fenomena aquaplaning
ini!
Bagaimana Aquaplaning Bisa Terjadi?
Kalau kita
amati, ketika kendaraan melewati suatu genangan air, maka air akan menciprat
dari sisi samping ban kendaraan. Hal itu dikarenakan air tergenang tersebut
“diusir” oleh ban kendaraan dan posisinya tergantikan oleh keberadaan ban.
Nah tetapi
dikarenakan kecepatan yang berlebih, seringkali ban hanya “melewati sekilas”
air tersebut. Sehingga, tidak semua air akan “diusir” dari posisinya semula dan
akan ada Sebagian (bahkan mungkin hanya Sebagian kecil) air yang akan tetap
pada posisinya di jalan itu.
Pada dasarnya,
ban tetap butuh waktu (walau hanya sepersekian detik atau 0,00000000 sekian
detik) untuk “mengusir” air secara keseluruhan. Dengan kecepatan tinggi, ban
tidak memiliki cukup waktu untuk “mengusir”nya.
Air yang tetap
menetap itulah, yang akan membentuk lapisan tipis yang memisahkan ban dan
jalanan sehingga ban tidak langsung menginjak jalanan. Keadaan ini akan
menurunkan kemampuan ban untuk “mengokohkan kekuasaannya” atas permukaan jalan.
Seolah-olah,
ban sedang “mengapung” di atas permukaan air dan tidak menyentuh permukaan
tanah. Pengemudi pun akan kehilangan kendali atas kendaraannya karena sedang
mengemudikan kendaraan yang sedang “melayang” di permukaan air.
Parahnya, ban
pun berpotensi “terpeleset” layaknya bermain seluncuran di Tengah danau (karena
saat seluncuran, kita juga sama sekali tidak menginjak permukaan dasar dari
danau itu) dan dapat membahayakan keselamatan pengemudi terlebih pada kecepatan
yang terlampau tinggi [2].
Mekanisme
terjadinya fenomena tersebut bisa dilihat pada Gambar 2 dan 3. Dimana semakin
tinggi kecepatan, maka luas permukaan ban yang kontak langsung dengan tanah
(berwarna hitam) akan semakin berkurang (warna hijau menandakan air). Disebut
dengan partial hydroplaning atau hydroplaning sebagian.
Hingga pada
kecepatan tertentu, tidak ada sama sekali permukaan ban yang kontak langsung
dengan permukaan tanah. Kondisi ini disebut dengan pure hydroplaning
situation.
Sebenarnya, kondisi ini mirip sekali dengan keadaan kita saat terpeleset, misalnya ketika menginjak kulit pisang. Karena saat itu, kaki kita pada dasarnya tidak memiliki “kekuasaan” langsung atas permukaan tanah yang kita berdiri itu. Melainkan berdiri di atas kulit pisang.
Pernah Ngalamin Ini? Bisa Jadi sedang Terjadi Aquaplaning!
Gambar 4. Fishtailing adalah salah satu tanda aquaplaning Sumber: carparts.com [4] |
Kita bisa
mendeteksi terjadinya aquaplaning melalui beberapa pertanda, terutama
saat kita sedang berkendara di jalanan yang basah. Pertama, setir akan terasa lebih
ringan dari biasanya, menandakan bahwa kita sudah mulai kehilangan kendali atas
kendaraan kita.
Selain itu,
suara mesin akan mengeras secara tiba-tiba. Seolah-olah, kita sedang menginjak
kopling dan revolusi RPM mesin akan meningkat juga. Jika sudah parah, bagian
belakang mobil akan mengalami drift atau mengepot. Istilah lainnya ialah
fishtailing [3].
Cegah Aquaplaning agar Tetap Aman Berkendara di Musim Hujan!
Gambar 5. Ban gundul meningkatkan potensi terjadinya aquaplaning Sumber: Flickr |
Seperti yang
kita bahas di awal tadi, bahwa semakin tinggi kecepatan maka cengkraman ban
atas permukaan jalan akan semakin menurun dan meningkatkan potensi terjadinya aquaplaning.
Maka, sudah
seharusnya kita meminimalisir kecepatan kita saat melewati jalanan yang basah
ataupun saat hujan. Selain itu, hindari melewati genangan air karena berpotensi
lebih besar untuk membentuk lapisan kecil air penyebab aquaplaning [5].
Selalu
pastikan bahwa ban dalam kondisi terbaik. Gantilah ban secara berkala, terlebih
jika kondisinya sudah gundul dan tidak memungkinkan lagi. Ban yang gundul akan
meningkatkan potensi terjadinya aquaplaning. Selain itu, pastikan juga
tekanan ban sudah mencapai angka ideal sesuai spesifikasinya [6].
Kesimpulan
Aquaplaning ialah fenomena
yang menyebabkan ban kehilangan cengkramannya atas permukaan jalan, sehingga
membuatnya seolah-olah “melayang” di atas permukaan air. Konsekuensinya, kita
dapat kehilangan kendali atas kendaraan kita dan berpotensi menyebabkan
kecelakaan.
Cegahlah aquaplaning
dengan memeriksa kondisi kendaraan secara berkala, terutama di bagian ban.
Gantilah ban ataupun spare part kendaraan lain secara berkala ataupun
jika telah terjadi penurunan performanya.
Dan yang paling
penting, selalu berhati-hati berkendara dan patuhi peraturan lalu lintas untuk
menjaga keselamatan diri sendiri ataupun pengendara lainnya! Karena, bukan
tidak mungkin kecelakaan juga akan berdampak pada pengendara yang sedang berada
di sekitar kita.
Patuhi juga
batas kecepatan kendaraan yang berlaku di setiap tipe jalanan. Minimalisir
kecepatan kendaraan bila sedang turun hujan ataupun pada kondisi jalan yang
basah dan licin.
Semoga kita
selalu diberi keselamatan dimanapun kapanpun dan kemanapun!
REFERENSI
[1] Prasetyaningtyas,
K. (2023). Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 di Indonesia, diakses pada 31
Desember 2023, dari https://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg
[2] Hermange,
C., et al. (2021). Experimental investigation of the leading parameters
influencing the hydroplaning phenomenon. Vehicle System Dynamics. 60(2):
2375-2392.
[3] Brookes,
A. (2022). What is aquaplaning and how to avoid it, diakses pada 31 Desember
2023, dari https://www.rac.co.uk/drive/advice/winter-driving/understanding-aquaplaning/
[4] McCuitian,
R. (2023). Fishtailing: What is it and how to avoid it, diakses pada 31
Desember 2023, dari https://www.carparts.com/blog/fishtailing-what-is-it-and-how-to-avoid-it/.
[5]. Driving
Tests. (n.a.). Hydroplaning Explained: 9 Safety Tips to Keep Your Vehicle Under
Control, diakses pada 31 Desember 2023, dari https://driving-tests.org/beginner-drivers/how-to-prevent-recover-hydroplaning/
Trims, bacaan yang bermanfaat sekali👍
BalasHapusSama2 kak, semoga bermanfaat ya
Hapus